Kumpulan Karyaku
Jumat, 31 Oktober 2014
Cerpen Remaja
Cinta Ku di Pucuk
Borobudur
“Brukk !! Aduh, sakit!” Erang ku.
“Hey, hati-hati dong, Dee! Kamu
nggak kenapa-kenapa kan?” Ucap Rian sambil mengulurkan tangan untuk membantu ku
berdiri.
“Nggak kenapa-kenapa kok, Ian. Sok
baik lu!” Cetus ku sambil mencoba berdiri.
Rian pun meninggalkan ku.
Nama ku Dee. Aku siswa kelas XI di
SMK Bakti Pertiwi. Disini aku mengambil jurusan Akuntansi Keuangan. Pagi ini
adalah pagi tersial ku. Mulai dari dimarahin papa dan mama, ditinggal teman
dekat berangkat ke sekolah, jatuh di
hadapan Rian Si Cowok Sok Cool. Pagi ini adalah jadwal anak
kelas XI angkatan ku untuk pergi berlibur ke Kota Yogyakarta, karena mengingat
ada tawaran berlibur bersama wali kelas dari Kepala Sekolah dan Staf Kesiswaan.
Pagi ini aku menemui banyak
masalah. Padahal hari ini adalah keberangkatan ku untuk berlibur ke Yogyakarta.
Sial pula! Aku pun menempati bus yang sama dengan Si Cowok Sok Cool,
Rian. Aku amat membencinya, walau tak sedikit pula teman cewek ku di sekolah
yang amat memuji nya karena ketampanan nya yang mirip sekali dengan Chris
Laurent (Artis cowok Indonesia berparas bule). Yah, maklum lah mungkin karena
itu mereka memuji nya. Tapi tidak dengan ku, karena walau pun tampan tapi dia
tak begitu pintar bahkan menjadi siswa terbodoh di sekolahan ku, maklum dia
adalah siswa pindahan dari SMK sebelah yang kabarnya ia di pindah ke sekolah ku
karena tak bisa mengikuti pelajaran di sekolah lama nya dengan baik.
“Teng! teng! teng! teng!!!!!”
Alaram pun berbunyi.
“Anak-anak berkumpul lah sebelum
kalian masuk ke bus untuk pergi berlibur. Ibu, akan menjelaskan peraturan yang
tak boleh di langgar oleh siswa. Kalian tidak boleh berpencar dari kelompok
yang minimal 1 kelompok adalah 5 orang, jaga barang bawaan kalian, jangan cari kesempatan
untuk berdua-duaan disela kalian berlibur dan jika sudah tak ada keperluan
ditempat segera masuk ke dalam bus karena mengingat kita tak menginap disana.
Paham anak-anak ?” Penjelasan Bu Isna, seorang Guru Kewirausahaan.
“Ok, Bu. Siap ! Paham !” Respon
siswa-siswa kelas XI SMK Bakti Pertiwi dengan semangat.
Bus pun segera berangkat. Sial aku
harus berbagi tempat duduk dengan Si Cowok Sok Cool itu lagi. Ya ampun !
Sampai diperjalanan pun aku mendiam kan nya. Hingga pada akhirnya dia
menawarkan sesuatu padaku yang mulai merasa jenuh duduk disamping nya.
“Hey ! Kok, kamu diem aja ? Mau
permen ? Ngobrol kek sama aku, cerita kek sama aku, minta tolong apa kek sama
aku ? Apa harus aku yang selalu memulai pembicaraan ini ?” Ucap Rian padaku.
Aku masih tertegun melihatnya yang
begitu mengharapkan aku mengajak nya berbicara.
“Hey ! Jawab dong pertanyaan ku. .
Jangan diem mulu ! Sebegitunya ya kamu benci sama aku ?” Tanya nya sambil makan
snack yang dibawanya dan mendengar kan Musik Reggae kesukaan nya.
“Apaan sih ! PD pake bingit lu ! Ga
pengin pula aku tuh ngobrol sama kamu. Jangan ngarep yakkk !!” Tanggap ku
dengan tetap cuek pada Si Cowok Sok Cool itu.
“Yaudah, sih. Jangan galak-galak
amat dong sama aku, Dee. Aku juga manusia kale ! Lagian tambah benci kamu sama
aku, pasti tambah sering kamu mikirin aku. Hahahaha . . “ Ledek nya padaku.
“Ihhh.. iyyyuuwh !! NGGAK SUDI !
Siapa juga yang bakal mikirin kamu ? Pastinya bakal muntah kalo aku kebayang
sama kamu, Rian Si Cowok Sok Cool” Respon ku pada nya.
Tanpa berkata apa-apa lagi dia
membiarkan aku tetap berdiam diri padanya. Dan atas perkataan ku yang terakhir,
dia hanya tersenyum mendengar ucapan ku seakan tak sesuai pada hatiku.
Tak terasa lama aku mendiam kan
nya, aku pun tidur selama diperjalanan sampai aku terbangun saat aku merasa ada
tangan yang mencoba meraih pipi ku dengan sentuhan halus yang berusaha
membangun kan ku. Benar apa yang ku duga, ternyata tangan itu adalah tangan
Rian. Aku merasa sangat malu saat itu. Entah apa yang ada dipikiran ku, Rian
pasti tahu bagaimana bodohnya diriku yang terlihat saat aku tertidur.
“Dee, kita udah sampe nih di
wilayah Keraton Yogyakarta. Mau turun nggak ?” Tanya nya pada ku.
“Hemmmmm. . . Tau ah! Masih
ngantuk.” Jawab ku dengan se-enak nya pada Rian.
“Yaudah daripada kamu jatuh di
jalan, please deh terima tawaran aku kali ini. Mau ya pergi bareng aku
? Nanti aku tuntun deh kalo kamu ngantuk. Atau aku gendong, itu juga kalo kamu
mau.” Tawar nya padaku.
“Hemmmm. . . Yayayayaya! Kali ini
aku mau. Tapi beliin aku jajan yak ?” Ucap ku padanya.
“Siap, Bos!!” Jawab Rian dengan
semangat.
Setelah aku dan Rian turun dari bus
dengan jalan berdua. Vira pun berteriak dari kejauhan.
“Rian..Rian.. Oh My
God! Beb, say, han.. Masa sih kamu mau pergi sama Dee cewek yang enggak
banget ini” Ucap nya pada Rian dengan bahasa ke-alayan nya itu.
Vira adalah salah satu teman
SMK aku dan Rian. Paras nya biasa saja, tapi penampilan nya itu bagaikan
Syahrini yang akan mengikuti konser diva nya. Pantas lah, orang tuanya adalah
donatur sekolahan ku. Dia adaah salah satu fans Si Cowok Sok Cool itu. Pokok nya
enggak banget deh kalau kalian tahu cara dia ngomong dengan sejuta ke-alayan
nya.
Rian dan aku pun tak
menghiraukan apa kata Vira. Kami melanjutkan perjalanan sampai pada akhirnya
aku dan Rian berhenti didepan kedai bakso yang terletak dikawasan depan keraton.
Pantas lah jika kami mudah menemukan kedai yang menjajakan banyak makanan yang
bervariasi di kawasan ini karena kawasan ini adalah salah satu kawasan wisata
yang ramai dikunjungi di pusat keramaian Kota Yogyakarta.
Kami tak ikut masuk ke dalam
keraton, justru aku dan Rian asyik melanjutkan pembicaraan di kedai bakso
sambil menikmati menu makan siang disana. Tiba-tiba Rian pun menanyakan sesuatu
saat aku sedang asyik menikmati es jeruk pesanan ku.
“Dee, aku boleh tanya
enggak?” Tanya Rian.
“Emm.. Boleh. Emang mau
tanya apa, Ian?” Respon ku.
“Eh, lupain aja. Yuk kita
nyusul temen-temen yang lain nya. Udah belum makan nya?” Ucap nya.
Rian tak segera mengatakan
apa yang ingin dia katakan padaku sesungguhnya. Dia lebih memilih mengganti
topik pembicaraan nya daripada melanjutkan kata-katanya.
Sampai di depan pintu
keraton aku pun merasa pusing. Aku pun sempat menghentikan langkah ku sejenak
disana.
“Dee, kamu kenapa? Apa kamu
baik-baik saja?” Tanya Rian
Hanya kata-kata itu yang
terakhir ku dengar. Dan benar, ternyata aku sempat tak sadar kan diri saat aku
merasa pusing. Alangkah terkejutnya aku saat Tia, sahabat ku di kelas
mengatakan, bahwa Rian lah yang telah membawaku ke dalam bus saat aku sempat
tak sadarkan diri. Betapa malu nya aku atas sikap ku selama ini kepada Rian.
Bahkan saat aku sadar Tia pun mengatakan bahwa Rian sedang mencarikan air
mineral dan obat untuk ku.
Di bus aku hanya ditemani
Tia saat menunggu kedatangan Rian. Sungguh bodohnya diriku yang selalu membuat
Rian mungkin kesal atas perlakuan ku pada nya selama ini. Karena selain aku,
harus ku akui tak ada yang paling membenci Rian di sekolah atau bahkan di kelas.
Dan harus ku akui pula, aku heran padanya. Mengapa dia masih mau menolong aku
yang jelas tak tau diri padanya? Aku terus bertanya didalam hati atas semua
itu. Hingga tepukan tangan Tia di pundak ku membuyarkan lamunan ku.
“Hey, Dee! Lihat tuh siapa yang
dateng! “ Ucap Tia sambil menunjukan jarinya ke arah pintu masuk bus.
Aku hanya terdiam melihat
kedatangan Rian karena jujur aku masih pusing dan merasa bersalah padanya.
“Hey, Ti! Wah ada yang udah
sehat nih yah, Ti?” Tanya Rian kepada Tia saat Rian melihat ku mulai sadar dari
pingsan ku.
“Iya nih, Ian. Tapi masih
lemas mungkin. Dari tadi Si Dee masih enggak mau ngomong banyak.” Ucap Tia
kepada Rian.
Aku pun tak lekas melihat ke
arah Tia dan Rian. Aku malu atas sikap ku kepada Rian selama ini. Aku hanya
terdiam dan terus terdiam seakan tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Dan
tiba-tiba Tia pergi dari jok bus yang ada. Aku pun spontan menarik tangan nya.
“Tia! Kamu mau kemana? Sini
aja ya.. Jangan pergi.” Pinta ku pada Tia.
Dan Tia pun merespon ku.
“Ya ampun, Dee. Please
deh! Kan udah ada Rian. Aku tadi lagi disuruh Pak Yuswandi tau sebenernya.
Hehehe.. tapi karena ngelihat kamu yg seolah enggak berdaya tanpa aku , so
aku nemenin kamu sampe kamu sadar dan Rian balik lagi deh kesini. Dan sekarang
tugas aku udah selese, Dee. Aku musti balik nih ke Pak Yuswandi buat cari
minyak angin. Dadah, Dee. Rian, jaga baik-baik Si Dee yak?” Ucap Tia.
“Ok, Ti. Aku bakal jaga anak
manja yang benci sama aku ini, kok.” Balas Rian kepada Tia.
Selang beberapa menit atas
kepergian Tia meninggalkan aku hanya bersama Rian, rombongan SMK ku pun kembali
menuju bus untuk melanjutkan wisata ke Candi Borobudur. Saat yang lain sibuk
merapikan tempat duduk nya, aku pun dan Rian telah siap dengan tempat duduk
kami masing-masing. Jelas lah, Rian dan aku sudah menempati tempat duduk
masing-masing sejak mereka belum datang memasuki bus.
Dan tiba-tiba Rian pun
menanyakan keadaan ku.
“Dee, kamu baik-baik aja
kan? Mending kamu istirahat aja ya, Dee. Nanti aku bangunin kalo kita udah
masuk ke kawasan Candi Borobudur.” Ucap Rian pada ku.
Aku sama sekali tak menjawab
kata-kata nya. Semakin lama aku tak merespon kata-kata Rian, aku pun tertidur
dipundak nya tanpa ku sadari saat Rian masih asyik mendengarkan musik kesukaan
nya di I-pond milik nya.
Setelah lama aku tertidur,
tiba-tiba Rian pun membangun kan ku.
“Dee.. Dee.. Bangun, Dee!
Kita udah sampai nih.”
Perlahan ku membuka mata ku
yang sebenarnya masih ingin ku pejam kan lagi karena aku masih ingin tertidur.
“Emmmm.. Hoam.. Apa sih,
Ian? Nggak peting banget deh kamu bangunin aku! Aku masih mau tidur!” Respon ku
dengan gaya ku yang seolah tak peduli dengan keadaan sekitar.
“Hey! Kita udah sampai,
emang nggak pengin apa lihat pemandangan sekitar candi yang terkenal indah nya?
Sayang, lho!” Ucap Rian seolah merayu ku agar tak bermalas-malasan didalam bus.
Dengan bahasa tubuh yang
masih ingin memejam kan mata dan dengan penampilan rambut serta pakaian yang
acak-acakan aku pun menerima tawaran nya untuk segera turun dari bus dan
mengelilingi kawasan candi.
“Hemmm.. Iya deh aku turun
nih. Ssssstt.. Tapi jangan tinggal aku! Aku penggin kamu temenin aku mengitari
sekeliling candi.” Pinta ku pada Rian.
Dengan segera, Rian pun
menerima permintaan ku.
“OK, Bos!” Jawab Rian.
Kami pun memulai perjalanan
mengitari candi. Saat berhadapan dengan batu besar terusun rapih dan berukirkan
cerita itu Rian pun menantangku untuk naik ke atas punck candi. Mengingat
hubungan pertemanan kami yang sudah membaik, aku pun menerima tantangan Rian.
Ketika
sampai di kawasn puncak Candi Borobudur pun Rian menarik tangan ku untuk
melihat keindahan alam sekitar yang dapat dengan mudah dipandang mata.
“Dee, coba deh sinih!” Ucap
nya sambil menggandeng tangan ku.
“Apaan sih, Ian? Nanti dulu, ihh! Aku masih pengin
bernafas lega nih, aku capek naik anak tangga sebanyak tadi.” Eyel ku pada Rian
dan ingin tetap bertahan duduk di dekat anak tangga terakhir yang menuju
puncak.
“Ayo lah.. Nanti nyesel loh
kalo nggak lihat!” Bujuk Rian padaku.
Dengan langkah terpaksa aku pun mengikuti kemauan
nya.
“Ok, ok. Tapi beneran lho
pemandangan nya nggak bikin nyesel!” Ucap ku pada Rian.
Tanpa menjawab ucapan ku, Rian
pun segera menarik tangan ku dan menunjuk kan pemandangan yang memang lah indah
itu.
Aku sempat tak bisa berkata
apapun kepada Rian karena sungguh indah pemandangan yang aku lihat saat itu.
“Hey! Indah banget kan?
Nggak nyesel kan lihat pemandangan nya” ucap Rian sambil menepuk pundak ku dan
tersenyum menatap langit sore.
Aku yang berdiri disamping
nya masih terpanah melihat keindahan alam sekitar candi yang menghapus lelah
dihati dan pikiran ku. Tak lama kemudian aku pun diajak nya untuk bicara serius.
“Dee, aku pengin bicara
sesuatu sama kamu. Tapi maaf sebelumnya, Jangan marah yak sama aku. Please!”
Ucap nya.
“Hemmmm.. Iya deh tinggal
bilang ajah ngga usah pake basa basi!” Jawab ku dengan nada seolah tak peduli
pada Rian.
“Aku suka kamu, Dee.” Ucap nya
padaku.
Aku pun berlari berusaha
menuruni tangga setelah mendengar perkataan nya. Namun sial! Usaha ku sia-sia. Rian
tetap dapat meraih tangan ku dan berusaha membuat ku menjawab nya.
“Ihh apaan sih, Ian. Emang
kalo kamu suka aku, aku harus jujur juga tentang perasaan ku? Dasar cowok sok cool!”
Respon ku pada Rian.
“Belajar serius dikit napa sih, Dee? Aku serius, kok. Apa kamu ngga bisa jujur sama perasaan kamu? Andai
kamu nggak suka aku pun nggak papa. Asal itu jujur” Ucap Rian padaku.
Aku mulai merasa ingin
berkata namun bibirku enggan berucap. Namun akhirnya aku pun mampu mengungkap
kan itu.
“Aku..aku.. Emmm.. Iya aku
juga suka kamu, Ian. Tapi aku nggak mau semua pernyataan ini menjadi sesuatu yang membuat kita jadi nggak nyaman buat bareng lagi. Aku pengen tetep ada
cuek-cuekan lagi kayak sekarang ini.” Ucap ku pada Rian dengan wajah mulai
memerah karena malu.
Dengan bahagia dia pun
membalas ucapan ku.
“Ok, Bos! Siap! Dasar cewek
aneh! Hehehehe..” Ucap Rian.
Pembicaraan aku dan Rian pun
ditutup oleh teriakan pemandu yang memberitahu bahwa kawasan wisata candi akan
segera ditutup.
Karya Dwi Arum Prabarini
Langganan:
Postingan (Atom)